Keberadan teknologi komunikasi dan informasi, jaringan internet dan
percepatan aliran informasi menjadi dasar pergerseran paradigma. Pada konteks kekinian, cara pandang baru dalam
berpikir dan bertindak sehari-hari berubah mengikuti perkembangan zaman. Masyarakat
dibuai dengan kecanggihan teknologi. Segala sesuatu terasa lebih modern, instan
dan mudah dilakukan. Banyak hal positif yang dapat dikunyah dari pesona
perkembangan teknologi. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, banyak juga hal
negatif yang dapat membahayakan.
Adapun dampak negatif tersebut bisa berupa terjadinya penipuan,
maraknya perjudian online, kerusakan nilai moral, kegaduhan informasi hoax, kecanduan
hubungan interkasi dunia maya serta memberikan peluang pengguna untuk melihat,
mengunduh dan memperdagangkan pornografi. Hal-hal negatif tersebut kian hari
makin melanda para pengguna, khususnya anak-anak. Pasalnya, anak-anak belum mempunyai
emosi yang stabil. Terlebih, anak-anak belum cukup dewasa dalam menimbang hal
negatif atau positif bagi dirinya sendiri.
Disamping itu, bentuk teknologi yang lebih memicu efek negatif untuk
anak-anak adalah gadget. Hal ini dikarenakan gadget mudah dibawa, dipakai,
diakses dimana saja dan kapan saja. Melarang dan menghindari gadget bagi anak
pada masa kini sungguh sulit. Anak-anak zaman sekarang terlahir di era pesatnya
laju teknologi komunikasi atau zaman digital. Di dalam konteks Indonesia,
seseorang yang lahirnya di tahun 1990an dikenal dengan istilah generasi digital
native. Akan tetapi ketika ingin disebut menjadi sebuah generasi, seseorang
itu harus lahir setelah tahun 2000.
Melihat fakta dan kondisi tersebut, orang tua menjadi solusi utama
dalam membimbing anak-anak untuk menggunakan gadget. Jika di sekolah, orang tua
dari anak-anak yaitu guru. Pada hakikatnya, guru mempunyai tugas yaitu sebagai pendidik,
pengajar, pengarah, pelatih, penilai dan pembimbing. Di kalangan anak SD, tugas
guru lebih difokuskan kepada peran pendidik, pengarah dan pembimbing. Hal ini
dikarenakan guru dihadapkan pada anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan.
Karakter seorang anak berproses di jenjang sekolah dasar, bahkan cenderung
tidak begitu berubah di masa tingkat selanjutnya.
Guru di sekolah dasar harus berkomitmen dalam membimbing anak-anak
untuk menggunakan gadget. Berikut metode “3M-B” yang bisa dilakukan seorang
guru yaitu :
1 1. Mengatur
Ketika melarang justru hal yang
sulit, maka mengatur menjadi langkah awal yang tepat. Buatlah peraturan di sekolah
bahwa gadget, khususnya smartphone dilarang dipakai ketika mata
pelajaran berlangsung. Pada poin “mengatur”, sang guru bukan melarang anak-anak
membawa handphone, tapi hanya tidak boleh digunakan ketika belajar. Perlu
diingat, beberapa anak membawa handphone untuk berkomunikasi setelah pulang
sekolah. Jadi ketika mata pelajaran berlangsung, gadget mereka dititipkan di
wali kelas atau keamanan sekolah. Akan tetapi, jika tidak memungkinkan untuk
dititpkan di wali kelas – bahkan sekolah negeri juga jarang ada petugas
keamanan, alangkah baiknya anak-anak tetap tidak diperizinkan membawa gadget.
Gunakan sanksi bagi anak-anak yang melanggar
peraturan. Jenis sanksi yang diberikan lebih baik berupa sanksi mendidik
seperti sang anak diwajibkan membaca buku di perpustakaan, menulis atau
mengulas buku bacaan ringan, menghapal lagu nasional atau lagu daerah dsb. Jika
sanksi mendidik tidak berhasil, hukuman seperti berdiri didepan kelas, membersihkan
kamar mandi dll bisa diterapkan dengan catatan pelanggaranya sudah
dikategorikan berat. Asalkan guru tidak terlalu protective, peraturan tidak memakai gadget ini bisa ditaati.
Anak-anak pun dengan sendirinya mau mendengarkan sang guru. Sebagus apapun
sekolah tersebut, alangkah baiknya kepala sekolah dan guru tetap memberi
peraturan tentang gadget di sekolah.
2 2. Mengarahkan
Setelah memberikan peraturan, guru
wajib mengarahkan anak-anak pada kebaikan yang ada di dalam dunia teknologi.
Pasang wifi atau hotspot di sekolah agar siapapun terhubung dengan internet.
Buatlah sebuah laboraturium umum atau khusus untuk beberapa pelajaran. Di
laboraturium tersebut, sediakan beberapa komputer atau tablet. Ruangan
laboraturium memfasilitasi guru agar materi divisualisasikan para murid dan
mereka bisa merasakan pengalaman e-learning di sekolah. Tak hanya itu, secara
tidak langsung murid diberikan kesempatan menggunakan gadget di mata pelajaran
yang didukung dengan teknologi komunikasi.
Meski tidak semua pelajaran harus
menggunakan perangkat tambahan, guru tetap bisa memakai gadget. Para guru juga
bisa memberikan tugas yang berkaitan dengan penggunaan aplikasi di gadget.
Sebelum mengarahkan anak-anak, guru wajib belajar terlebih dahulu perkembangan
teknologi yang mengarah pada dunia pendidikan. Kemudian, sebaik apapun arahan
pemanfaatan teknologi, anak-anak tetap harus lebih diarahkan kepada
pengembangkan karakter. Jadikan gadget hanya sebagai alat pendukung di
masa depan sang anak.
3 3. Mencontohkan
Guru sebagai orang tua kedua setelah
ibu dan ayah selayaknya memberikan contoh yang baik. Ada peribahasa “Guru
kencing berdiri, murid kencing berlari” artinya seseorang yang dianggap guru akan
ditiru perbuatannya, baik dalam hal yang bagus ataupun sebaliknya. Peraturan
dan pengarahan sudah dilaksanakan, maka guru harus memberi pengaruh dengan
teladan yang baik. Hindari menggunakan smartphone didalam kelas,
meskipun hanya sebentar. Buatlah suasana kelas lebih hidup. Selain di kelas,
guru perlu memberi contoh juga dalam menggunakan aplikasi gadget seperti penggunaan
aplikasi sosial media.
Upayakan sosial media seperti
facebook dan instagram guru dipakai dengan bijak. Tidak perlu melakukan
aktivitas cerita berkeluh kesah. Anak-anak mudah saja untuk mengikutinya. Akun
seorang guru seharusnya akun yang memotivasi dan bersahabat. Artinya, akun sosial
media tersebut digunakan untuk kepentingan yang lebih bermanfaat.
4 4. Bekerjasama
dengan orang tua murid
Waktu guru berinteraksi dengan murid
lebih sedikit dari pada orang tua di rumah, sehingga guru perlu berkomunikasi
baik untuk menjalin kerjasama. Pihak sekolah bisa menyelenggarakan seminar atau
workshop terlebih dahulu tentang penggunaan gadget bagi anak, kemudian para
orang tua murid menjadi peserta. Hasil dari kegiatan tersebut, orang tua bisa mempraktekkannya
di rumah. Nantinya guru tetap mengevaluasi sejauh mana perkembangan hasil dari
praktek para orang tua.
Setelah guru, orang tua di rumah seperti ibu, ayah, kakak dan
siapapun orang dewasa di rumah wajib membimbing anaknya dalam menggunakan
gadget. Dibawah ini ada metode ABCD untuk solusi penggunaan gadget yang baik
bagi anak yaitu :
1 1. Awasi
Orang tua perlu mengawasi anak-anak
mereka. Sang orang tua memang bukan terlahir di era teknologi, akan tetapi
orang tua sebisa mungkin terbuka dengan hadirnya teknologi. Keterbukaan para
orang tua mengantarkan sikap melindungi untuk anak mereka. Perlindungan
tersebut bisa termasuk dengan bentuk perlindungan orang tua. Meskipun
pengawasan tidak mungkin dilakukan selama 24 jam, orang tua bisa mencoba
aplikasi parental control atau parental softwere.
Manfaat dari aplikasi diatas ialah
menyeleksi situs-situs pada internet dan memantau atau merekam aktivitas anak
di dunia online. Jenis dari aplikasi parental softwere banyak sekali seperti awasgan,
kids place, AppsNotifier, kids lock, norton online family, smartphonelogs
dan emma parental control. Adapun mengenai manfaatnya lebih dalam, orang
tua harus berkorban mempelajari cara penggunaannya demi sang anak.
2
2. Bimbingan
2. Bimbingan
Jika mengarah pada tingkatan anak
sekolah dasar, anak di tingkatan kelas empat hingga kelas enam sulit untuk
diawasi. Rata-rata umur anak di kelas empat hingga kelas enam ialah 10 s/d 12
tahun. Ketika umur 10 s/d 12 tahun, anak-anak cenderung membutuhkan pengalaman
dan kebebasan. Cara mengawasi dengan berbagai aplikasi pencegahan terlalu
mengekang, sehingga anak-anak perlu bimbingan.
Pada tahapan kedua, orang tua sebisa
mungkin mengarahkan anak-anak pada aplikasi yang cocok untuk seusianya. Bimbingan
yang diberi orang tua bisa berbentuk nasihat plus minus penggunaan
gadget. Beri tahu bahwa perkembangan teknologi mengakibatkan anak cepat puas
dengan informasi yang didapat dari internet. Kemudahan akses internet membawa
generasi selanjutnya tidak tahan dengan berbagai kesulitan. Terpaan teknologi
juga membuat penuruan konsentrasi, relasi dangkal dan tingkat literasi yang
rendah. Oleh karena itu, bimbingan terhadap anak secara intens dan menyenangkan
harus diterapkan.
3 3. Contohkan
Setelah bimbingan, orang tua sudah
selayaknya menjadi figur yang dapat diteladani. Saat anak sudah ada di rumah,
berikan contoh bahwa sang orang tua menggunakan
gadget dengan baik. Dimulai dari penggunaan terhadap konten yang dilihat,
aplikasi yang dimainkan dan durasi pemakaian gadget. Tiga poin yang disebutkan
mengantarkan orang tua untuk diteladani. Disamping mencontohkan penggunaan
gadget, berikan motivasi dan contoh terhadap anak agar lebih banyak berinteraksi
dengan lingkungannya. Orang tua harus menjadi teladan yang mampu bersosialisasi
dengan orang-orang sekitar.
4 4. Disiplinkan
Mendisiplinkan waktu pemakaian gadget merupakan bagian penting. Atur
jam penggunaan yang tepat bagi anak-anak, misalnya jam sore, buatlah anak-anak
untuk bermain atau bersosialisasi dengan tetangga didekat rumahnya. Lanjut di jam
malam yang dimulai dari pukul 18.00, minta sang anak agar tidak memegang dan
bermain gadget. Atur perjanjian dengan anak-anak bahwa pada jam malam, sang
anak harus belajar atau berkumpul di ruang keluarga. Jika pilihannya belajar, orang
tua perlu mendampingi anak agar tidak belajar sendiri. Jika pilihannya
berkumpul di ruang keluarga, buatlah peraturan non formal dengan seluruh
individu di keluarga untuk tidak memakai alat komunikasi apapun. Mendisiplinkan
peraturan tersebut membuat anak tidak terlalu mementingkan gadgetnya.
Metode 3M-B bagi guru dan ABCD bagi orang tua di rumah bisa menjadi
bahan acuan serta rujukan. Hal ini disebabkan penggunaan gadget yang sudah
kecanduan akan memberikan efek individualisme terhadap anak di masa depannya.
Oleh karena itu, sehebat apapun perkembangan teknologi, anak-anak tetap harus
lebih banyak berinteraksi dengan dunia nyata.