Penolakan BBM terjadi dimana-mana. Ada yang menolak dengan
melakukan manuver-manuver yang efektif dan efisien tanpa harus kejalan dan
lebih ke diplomatis atau strategis. Ada juga gabungan dari berbagai kelompok mahasiswa
yang terus berdemo, turun ke jalan hingga terjadi pelawanan. Penolakan
berdasarkan fakta-fakta yang mereka kumpulkan
bisa saja ditampung, tapi belum tentu dikabulkan.
Selain itu, gonjang-ganjing pemerintahan kabinet Indonesia
Hebat pun menuai pro-kontra. Namun, pemerintah bisa saja kukuh pada satu suara
akan keputusannya hingga kedepannya. Melihat kenyataan tersebut pada awal
kepemimpinan Jokowi, banyak orang kecewa. Isu politik yang diberitakan
menimbulkan pengamatan tersendiri.
Pengamatan yang terjadi pada masyarakat terkadang
terombang-ambing oleh provokasi media bahkan hanya sekedar lewat obrolan santai. Biasanya masyarakat menengah
kebawah menolak kenaikan BBM karena berfikir kebutuhan hidupnya tidak bisa
terpenuhi. Alhasil, mereka dengan polos menerima BLSM agar bertahan hidup.
Padahal ekonomi bisa dikatakan aspek kemakmuran rakyat. Sebaiknya,
Indonesia jangan terlalu fokus berkepanjangan dengan permasalahan BBM. Masih
banyak permasalahan khususnya bidang ekonomi yang belum terselesaikan. Dalam
hal ini, masyarakat harus ikut serta memikirkan secara cermat solusi-solusi
untuk Negara Indonesia. Begitu pun
pemerintah, memberikan pintu jalan kemudahan setelah menaikan BBM.
Ekonomi cermat
Pandangan orang tentang penyebab kemakmuran bangsa-bangsa
telah banyak mengalami perubahan. Pada awalnya kaum fisiokrat percaya hanya
kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan alam saja yang produktif seperti
kegiatan pertanian dan pertambangan. Sedangkan kaum klasik yang dipelopori oleh
Adam Smith berpendapat bahwa bukan kekayaan alam yang paling menentukan,
melainkan sumber daya manusianya. (Deliarnov :2013)
Melihat dua pandangan tersebut, hanya bangsa-bangsa yang
tinggi kualitas sumber daya manusia dan teknologinya yang dapat maju. Untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia, ekonomi membutuhkan kecermatan. Cermat
disini bisa diartikan memberdayakan human investment. Modal ampuh
tersebut hanya satu cara yaitu meningkatkan intelektual kekreatifan individu.
Bila perlu menciptakan iklim persaingan antar individu yang lebih kompetitif. Terlebih
menghadapi MEA 2015, masyarakat wajib menciptakan tindakan berkualitas demi
Indonesia.
Indonesia harus jeli melihat kelebihan dan kelemahan
menghadapai pasar bebas Asean. Jangan hanya mau jadi incaran wilayah yang diserbu
m angsa pasar, tapi kita juga harus mengelola barang-barang dalam negeri. Untuk
bisa menjadi pengelola yang baik dibutuhkan karakter mental kuat dari
masyarakatnya. Sumber daya manusia di Indonesia wajib dikokohkan agar
mampu bersaing dengan negara-negara
lain.
Pemikiran kreatif dan unik sangat diperlukan dalam menghadapi
tantangan MEA 2015. Cermat berkreatif disadari masyarakat merupakan keharusan
dalam era ini. Ketika harga BBM
dinaikkan, setidaknya pemerintah dan masyarakat masih punya peluang dalam
memajukan ekonomi Indonesia. Bahkan tak hanya itu, saat Indonesia benar-benar
berpikir cermat datanglah sebuah nilai tambah kemartabatan Indoensia di kancah
dunia.
0 komentar:
Posting Komentar