Kamis, 12 Oktober 2017

Metode 3M-B dan ABCD : Solusi penggunaan gadget yang baik bagi siswa SD


Keberadan teknologi komunikasi dan informasi, jaringan internet dan percepatan aliran informasi menjadi dasar pergerseran paradigma.  Pada konteks kekinian, cara pandang baru dalam berpikir dan bertindak sehari-hari berubah mengikuti perkembangan zaman. Masyarakat dibuai dengan kecanggihan teknologi. Segala sesuatu terasa lebih modern, instan dan mudah dilakukan. Banyak hal positif yang dapat dikunyah dari pesona perkembangan teknologi. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, banyak juga hal negatif yang dapat membahayakan.
Adapun dampak negatif tersebut bisa berupa terjadinya penipuan, maraknya perjudian online, kerusakan nilai moral, kegaduhan informasi hoax, kecanduan hubungan interkasi dunia maya serta memberikan peluang pengguna untuk melihat, mengunduh dan memperdagangkan pornografi. Hal-hal negatif tersebut kian hari makin melanda para pengguna, khususnya anak-anak. Pasalnya, anak-anak belum mempunyai emosi yang stabil. Terlebih, anak-anak belum cukup dewasa dalam menimbang hal negatif atau positif bagi dirinya sendiri.
Disamping itu, bentuk teknologi yang lebih memicu efek negatif untuk anak-anak adalah gadget. Hal ini dikarenakan gadget mudah dibawa, dipakai, diakses dimana saja dan kapan saja. Melarang dan menghindari gadget bagi anak pada masa kini sungguh sulit. Anak-anak zaman sekarang terlahir di era pesatnya laju teknologi komunikasi atau zaman digital. Di dalam konteks Indonesia, seseorang yang lahirnya di tahun 1990an dikenal dengan istilah generasi digital native. Akan tetapi ketika ingin disebut menjadi sebuah generasi, seseorang itu harus lahir setelah tahun 2000.    
Melihat fakta dan kondisi tersebut, orang tua menjadi solusi utama dalam membimbing anak-anak untuk menggunakan gadget. Jika di sekolah, orang tua dari anak-anak yaitu guru. Pada hakikatnya, guru mempunyai tugas yaitu sebagai pendidik, pengajar, pengarah, pelatih, penilai dan pembimbing. Di kalangan anak SD, tugas guru lebih difokuskan kepada peran pendidik, pengarah dan pembimbing. Hal ini dikarenakan guru dihadapkan pada anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan. Karakter seorang anak berproses di jenjang sekolah dasar, bahkan cenderung tidak begitu berubah di masa tingkat selanjutnya.
Guru di sekolah dasar harus berkomitmen dalam membimbing anak-anak untuk menggunakan gadget. Berikut metode “3M-B” yang bisa dilakukan seorang guru yaitu :

1  1. Mengatur
Ketika melarang justru hal yang sulit, maka mengatur menjadi langkah awal yang tepat. Buatlah peraturan di sekolah bahwa gadget, khususnya smartphone dilarang dipakai ketika mata pelajaran berlangsung. Pada poin “mengatur”, sang guru bukan melarang anak-anak membawa handphone, tapi hanya tidak boleh digunakan ketika belajar. Perlu diingat, beberapa anak membawa handphone untuk berkomunikasi setelah pulang sekolah. Jadi ketika mata pelajaran berlangsung, gadget mereka dititipkan di wali kelas atau keamanan sekolah. Akan tetapi, jika tidak memungkinkan untuk dititpkan di wali kelas – bahkan sekolah negeri juga jarang ada petugas keamanan, alangkah baiknya anak-anak tetap tidak diperizinkan membawa gadget.
 Gunakan sanksi bagi anak-anak yang melanggar peraturan. Jenis sanksi yang diberikan lebih baik berupa sanksi mendidik seperti sang anak diwajibkan membaca buku di perpustakaan, menulis atau mengulas buku bacaan ringan, menghapal lagu nasional atau lagu daerah dsb. Jika sanksi mendidik tidak berhasil, hukuman seperti berdiri didepan kelas, membersihkan kamar mandi dll bisa diterapkan dengan catatan pelanggaranya sudah dikategorikan berat. Asalkan guru tidak terlalu protective,  peraturan tidak memakai gadget ini bisa ditaati. Anak-anak pun dengan sendirinya mau mendengarkan sang guru. Sebagus apapun sekolah tersebut, alangkah baiknya kepala sekolah dan guru tetap memberi peraturan tentang gadget di sekolah.

2    2. Mengarahkan
Setelah memberikan peraturan, guru wajib mengarahkan anak-anak pada kebaikan yang ada di dalam dunia teknologi. Pasang wifi atau hotspot di sekolah agar siapapun terhubung dengan internet. Buatlah sebuah laboraturium umum atau khusus untuk beberapa pelajaran. Di laboraturium tersebut, sediakan beberapa komputer atau tablet. Ruangan laboraturium memfasilitasi guru agar materi divisualisasikan para murid dan mereka bisa merasakan pengalaman e-learning di sekolah. Tak hanya itu, secara tidak langsung murid diberikan kesempatan menggunakan gadget di mata pelajaran yang didukung dengan teknologi komunikasi.
Meski tidak semua pelajaran harus menggunakan perangkat tambahan, guru tetap bisa memakai gadget. Para guru juga bisa memberikan tugas yang berkaitan dengan penggunaan aplikasi di gadget. Sebelum mengarahkan anak-anak, guru wajib belajar terlebih dahulu perkembangan teknologi yang mengarah pada dunia pendidikan. Kemudian, sebaik apapun arahan pemanfaatan teknologi, anak-anak tetap harus lebih diarahkan kepada pengembangkan karakter. Jadikan gadget hanya sebagai alat pendukung di masa depan sang anak.

3    3. Mencontohkan
Guru sebagai orang tua kedua setelah ibu dan ayah selayaknya memberikan contoh yang baik. Ada peribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” artinya seseorang yang dianggap guru akan ditiru perbuatannya, baik dalam hal yang bagus ataupun sebaliknya. Peraturan dan pengarahan sudah dilaksanakan, maka guru harus memberi pengaruh dengan teladan yang baik. Hindari menggunakan smartphone didalam kelas, meskipun hanya sebentar. Buatlah suasana kelas lebih hidup. Selain di kelas, guru perlu memberi contoh juga dalam menggunakan aplikasi gadget seperti penggunaan aplikasi sosial media.  
Upayakan sosial media seperti facebook dan instagram guru dipakai dengan bijak. Tidak perlu melakukan aktivitas cerita berkeluh kesah. Anak-anak mudah saja untuk mengikutinya. Akun seorang guru seharusnya akun yang memotivasi dan bersahabat. Artinya, akun sosial media tersebut digunakan untuk kepentingan yang lebih bermanfaat.

4    4.  Bekerjasama dengan orang tua murid
Waktu guru berinteraksi dengan murid lebih sedikit dari pada orang tua di rumah, sehingga guru perlu berkomunikasi baik untuk menjalin kerjasama. Pihak sekolah bisa menyelenggarakan seminar atau workshop terlebih dahulu tentang penggunaan gadget bagi anak, kemudian para orang tua murid menjadi peserta. Hasil dari kegiatan tersebut, orang tua bisa mempraktekkannya di rumah. Nantinya guru tetap mengevaluasi sejauh mana perkembangan hasil dari praktek para orang tua.

Setelah guru, orang tua di rumah seperti ibu, ayah, kakak dan siapapun orang dewasa di rumah wajib membimbing anaknya dalam menggunakan gadget. Dibawah ini ada metode ABCD untuk solusi penggunaan gadget yang baik bagi anak yaitu :

1  1.  Awasi
Orang tua perlu mengawasi anak-anak mereka. Sang orang tua memang bukan terlahir di era teknologi, akan tetapi orang tua sebisa mungkin terbuka dengan hadirnya teknologi. Keterbukaan para orang tua mengantarkan sikap melindungi untuk anak mereka. Perlindungan tersebut bisa termasuk dengan bentuk perlindungan orang tua. Meskipun pengawasan tidak mungkin dilakukan selama 24 jam, orang tua bisa mencoba aplikasi parental control atau parental softwere.
Manfaat dari aplikasi diatas ialah menyeleksi situs-situs pada internet dan memantau atau merekam aktivitas anak di dunia online. Jenis dari aplikasi parental softwere banyak sekali seperti awasgan, kids place, AppsNotifier, kids lock, norton online family, smartphonelogs dan emma parental control. Adapun mengenai manfaatnya lebih dalam, orang tua harus berkorban mempelajari cara penggunaannya demi sang anak.  
2 
     2. Bimbingan
Jika mengarah pada tingkatan anak sekolah dasar, anak di tingkatan kelas empat hingga kelas enam sulit untuk diawasi. Rata-rata umur anak di kelas empat hingga kelas enam ialah 10 s/d 12 tahun. Ketika umur 10 s/d 12 tahun, anak-anak cenderung membutuhkan pengalaman dan kebebasan. Cara mengawasi dengan berbagai aplikasi pencegahan terlalu mengekang, sehingga anak-anak perlu bimbingan.
Pada tahapan kedua, orang tua sebisa mungkin mengarahkan anak-anak pada aplikasi yang cocok untuk seusianya. Bimbingan yang diberi orang tua bisa berbentuk nasihat plus minus penggunaan gadget. Beri tahu bahwa perkembangan teknologi mengakibatkan anak cepat puas dengan informasi yang didapat dari internet. Kemudahan akses internet membawa generasi selanjutnya tidak tahan dengan berbagai kesulitan. Terpaan teknologi juga membuat penuruan konsentrasi, relasi dangkal dan tingkat literasi yang rendah. Oleh karena itu, bimbingan terhadap anak secara intens dan menyenangkan harus diterapkan.

3   3. Contohkan
Setelah bimbingan, orang tua sudah selayaknya menjadi figur yang dapat diteladani. Saat anak sudah ada di rumah, berikan contoh bahwa sang orang tua  menggunakan gadget dengan baik. Dimulai dari penggunaan terhadap konten yang dilihat, aplikasi yang dimainkan dan durasi pemakaian gadget. Tiga poin yang disebutkan mengantarkan orang tua untuk diteladani. Disamping mencontohkan penggunaan gadget, berikan motivasi dan contoh terhadap anak agar lebih banyak berinteraksi dengan lingkungannya. Orang tua harus menjadi teladan yang mampu bersosialisasi dengan orang-orang sekitar.

4    4. Disiplinkan
          Mendisiplinkan waktu pemakaian gadget merupakan bagian penting. Atur jam penggunaan yang tepat bagi anak-anak, misalnya jam sore, buatlah anak-anak untuk bermain atau bersosialisasi dengan tetangga didekat rumahnya. Lanjut di jam malam yang dimulai dari pukul 18.00, minta sang anak agar tidak memegang dan bermain gadget. Atur perjanjian dengan anak-anak bahwa pada jam malam, sang anak harus belajar atau berkumpul di ruang keluarga. Jika pilihannya belajar, orang tua perlu mendampingi anak agar tidak belajar sendiri. Jika pilihannya berkumpul di ruang keluarga, buatlah peraturan non formal dengan seluruh individu di keluarga untuk tidak memakai alat komunikasi apapun. Mendisiplinkan peraturan tersebut membuat anak tidak terlalu mementingkan gadgetnya.

            Metode 3M-B bagi guru dan ABCD bagi orang tua di rumah bisa menjadi bahan acuan serta rujukan. Hal ini disebabkan penggunaan gadget yang sudah kecanduan akan memberikan efek individualisme terhadap anak di masa depannya. Oleh karena itu, sehebat apapun perkembangan teknologi, anak-anak tetap harus lebih banyak berinteraksi dengan dunia nyata.

                             

15 komentar:

  1. wah bagus metodenya. iya sebetulnya semua tu bermata dua ya, termasuk gawai. insyaaAllah bisa selalu amanah dalam menggunakannya

    BalasHapus
  2. Iya nih anak-anak ini sekarang penginnya pegang gadget melulu habis pulang sekolah. Bagus juga diterapkan metode 3M-B ini.

    BalasHapus
  3. Bagus neh programnya memang anak2 harus diberi contoh nyata neh bukan omongan doang

    BalasHapus
  4. Setuju banget. Program ini cocok banget untuk diterapkan kpd kids jaman now, yang banyak kecanduan gadget, atau ikut-ikutan karena liat temennya. Makasih sharingnya Mba :)

    BalasHapus
  5. Aku selama ini cuma berpikir harus peran orangtua saja dalam penggunakaan gadget bagi anak-anak. Lupa kalau guru juga punya peranan ya.
    Program nya bagus banget, Mbak.

    BalasHapus
  6. bisa di coba nih metodenya. sulit ya menjauhkan anak dari gadget

    BalasHapus
  7. Era gadget sekarang kita lebih banyak membimbing dan mengawasi anak. Sistem didikan harus menyikuti zaman juga mbak ya.. bagus nih metode nya.

    BalasHapus
  8. Kereen, memang tantangan di zaman sekarang buat semuanya dalam menyikapi anak2 memang harus ekstra hati hati dan sabar😊

    BalasHapus
  9. Orang tua juga harus disiplin menerapkannya... , Jadi sebelum mendisiplinkan anak..ortu juga harus disiplin... Yah jadi contoh dan teladan..

    BalasHapus
  10. Pgn nerapin yg abcd ah. Secara bocah udh nunjukin tanda2 makin lengket sm gawai. Hiks.
    Makasih sharenya ya mbk

    BalasHapus
  11. Ahaa metode 3M-B ini emang keren, tetep ujung2nya sebagai ortu harus mengawasi. Anak jaman sekarang emang ga lepas dari gadget ya

    BalasHapus
  12. Bisa nih saya terapkan ke si kecil juga. Mengingat usianya sudah masuk usia sekolah dasar.

    BalasHapus
  13. Metodenya bagus, Mbak! Betul, sebaiknya tidak hanya melarang tetapi mengatur. Ajak anak bermain hal lain supaya tidak main gadget terus-terusan. Kadang mereka main gadget karena bosan.

    BalasHapus
  14. Ngomongin anak dengan gadget emang ga ada habisnya. Keren ini metodenya, bisa diterapkan di sekolah

    BalasHapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus