Selasa, 17 Januari 2017

Resensi novel “ Tentang Kamu”

 Identitas Buku
Judul Buku                       : Tentang Kamu
Nama Pengarang           :  Tere Liye
Nama Penerbit               :   Republika
Tahun Terbit                   :   2016
Jumlah Halaman            : 530 halaman
ISBN                                     : 978-602-8022-34-7
Cover                                   : Softcover
Berat                                    :  500 gram
Harga Buku                      :  63.000
Harus saya akui, Tere Liye selalu berhasil memukau dalam menulis. Novel ini banyak selali memberikan nasihat-nasihat agama secara tidak langsung. Pesan dakwah bil mauzatil hasanah disuguhkan secara ringan dan tersirat. Kisah ini berawal dari sosok Zaman Zulkarnaen, seorang pengacara asli Indonesia yang magang di Belgrave Square, London. Nama Firma hukum yang menaungi Zaman ialah Thompson & Co – sebuah lembaga perlindungan hukum bagi orang-orang tua berserta hartanya. Lembaga ini tidak pernah menerima aplikasi lamaran bagi siapapun, tapi merekrut sendiri berdasarkan kesesuaian prinsip didirikannya Thompson & Co.
Ada keunikan pertama dari sosok Zaman. Ketika diwawancara, dua dari empat pertanyaan dimunculkan dalam novel ini. “ Apa harta yang akan dibawa mati saat kita meninggal?” dan “ Jika kita berkata jujur akan membuat empat orang jahat terbunuh mengenaskan, sedangkan berbohong akan membuatnya selamat, maka pilihan apa yang akan anda ambil?”  jawaban dari pertanyaan diatas (bisa dibaca di novelnya ya) heheheh. Keunikan jawaban dari Zaman sesuai dengan prinsip Al-Qur`an dan Hadist serta membuatnya terpilih menjadi bagian firma hukum yang berbeda itu.Keunikan Zaman mengantarkan sebuah kepercayaan. Ia diberikan amanah memimpin kasus “Sri Ningsih” pemilik harta warisan senilai 19 triliun rupiah.

Petulangan Zaman dimulai  dari Panti Jompo di  Quay d`Orsay (sebuah kawasan elit), Paris. Disinilah, Zaman akan mengarungi dan membuka episode kehidupan Sri Ningsih. Ia mendapatkan diari milik Sri Ningsih yang diberikan oleh Aimme (pengurus panti). Dalam diari “Sri Ningsih” terdapat 5 juz yang harus dipecahkan. Juz pertama tentang kesabaran , juz kedua tentang persahabatan, juz ketiga tentang keteguhan hati, juz keempat tentang cinta , dan juz terakhir tentang memeluk semua rasa sakit.
Latar tempat novel ini tak hanya di luar negeri, sang penulis juga mengenalkan daerah yang ada di Indonesia. Pulau Bungi, Sumbawa menjadi suguhan latar tempat pertama yang membongkar juz pertama. Juz ini menasihati kita bahwa kesabaran itu tidak pernah ada batasnya. Selain itu, Sri Ningisih selalu patuh dan taat terhadap orang tuanya. Semangatnya untuk menjelajahi dunia ditanamkan di rumah yang tumbuh dari atas permukaan laut. Kehidupan kecil Sri Ningsih akan membuat para pembaca menangis dan terharu.
Berlanjut menelisik hidup Sri Ningsih, tempat berikutnya kota Surakarta, Jawa Tengah. Pembaca akan digiring ke dunia pesantren dan sejarah tentang komunis. Di Surakarta, Zaman akan menyelami juz kedua tentang kisah persahabatan yang kandas dengan secuil dengki.Bagi Sri Ningsih, persahabatan tetap persahabatan. Ia tak pernah membenci ataupun menaruh dendam, sekalipun sahabat yang berkhianat dan menyakitinya.
 Setelah Surakarta,  Zaman harus ke Jakarta. Ikon ibu kota ini menjadi panggung yang dramatis akan etos kerja. Zaman akan mendalami juz ketiga milik Sri Ningsih. Juz ini membicarakan makna keteguhan hati dan jatuh bangun bisnisnya diceritakan di juz ketiga. Pada juz ini, pembaca akan diberitahu siapa yang melakukan transaksi kepemilikan saham. Selain itu, terdapat nilai-nilai sejarah, budaya dan pengetahuan kota Jakarta tempo dulu.

Teka-teki tidak berhenti di Jakarta, Zaman harus ke London membongkar juz keempat. Di kota inilah Sri Ningsih mempunyai cerita cinta romantis. Suratan takdir yang menakjubkan bertemu sosok yang rela berkorban. Nama laki-laki itu Hakan berasal dari Turki. Hakan jatuh hati pada pandangan pertama. Di episode juz cinta ini para pembaca pasti menangis karena kekuatan cinta.

Terakhir,Zaman kembali mampir ke Paris. Tempat dimana Sri Ningsih meninggal. Di Paris, juz kelima dipaparkan. Sri Ningsih sang ahli waris sudah pasrah dalam memeluk semua rasa sakit. Semua terungkap secara detail. Surat wasiat juga ditemukan dan hantu yang selalu membayangi Sri Ningsih terjawab.
Tentang “kamu” di novel ini  penuh misteri dan tidak mudah ketebak. Banyak hal yang bisa kita pelajari. Bukan hanya soal cinta, tapi kita bisa mengambil nilai-nilai kehidupan dari setiap babnya.

 



0 komentar:

Posting Komentar