Rabu, 06 Mei 2015

Ekonomi cermat untuk Indonesia bermartabat


Penolakan BBM terjadi dimana-mana. Ada yang menolak dengan melakukan manuver-manuver yang efektif dan efisien tanpa harus kejalan dan lebih ke diplomatis atau strategis. Ada juga gabungan dari berbagai kelompok mahasiswa yang terus berdemo, turun ke jalan hingga terjadi pelawanan. Penolakan berdasarkan fakta-fakta yang mereka kumpulkan  bisa saja ditampung, tapi belum tentu dikabulkan.
Selain itu, gonjang-ganjing pemerintahan kabinet Indonesia Hebat pun menuai pro-kontra. Namun, pemerintah bisa saja kukuh pada satu suara akan keputusannya hingga kedepannya. Melihat kenyataan tersebut pada awal kepemimpinan Jokowi, banyak orang kecewa. Isu politik yang diberitakan menimbulkan pengamatan tersendiri.
Pengamatan yang terjadi pada masyarakat terkadang terombang-ambing oleh  provokasi  media bahkan hanya sekedar lewat  obrolan santai. Biasanya masyarakat menengah kebawah menolak kenaikan BBM karena berfikir kebutuhan hidupnya tidak bisa terpenuhi. Alhasil, mereka dengan polos menerima BLSM agar bertahan hidup.
Padahal ekonomi bisa dikatakan aspek kemakmuran rakyat. Sebaiknya, Indonesia jangan terlalu fokus berkepanjangan dengan permasalahan BBM. Masih banyak permasalahan khususnya bidang ekonomi yang belum terselesaikan. Dalam hal ini, masyarakat harus ikut serta memikirkan secara cermat solusi-solusi untuk Negara Indonesia.  Begitu pun pemerintah, memberikan pintu jalan kemudahan setelah menaikan BBM.
Ekonomi cermat
Pandangan orang tentang penyebab kemakmuran bangsa-bangsa telah banyak mengalami perubahan. Pada awalnya kaum fisiokrat percaya hanya kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan alam saja yang produktif seperti kegiatan pertanian dan pertambangan. Sedangkan kaum klasik yang dipelopori oleh Adam Smith berpendapat bahwa bukan kekayaan alam yang paling menentukan, melainkan sumber daya manusianya. (Deliarnov :2013)
Melihat dua pandangan tersebut, hanya bangsa-bangsa yang tinggi kualitas sumber daya manusia dan teknologinya yang dapat maju. Untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, ekonomi membutuhkan kecermatan. Cermat disini bisa diartikan memberdayakan human investment. Modal ampuh tersebut hanya satu cara yaitu meningkatkan intelektual kekreatifan individu. Bila perlu menciptakan iklim persaingan antar individu yang lebih kompetitif. Terlebih menghadapi MEA 2015, masyarakat wajib menciptakan tindakan berkualitas demi Indonesia.
Indonesia harus jeli melihat kelebihan dan kelemahan menghadapai pasar bebas Asean. Jangan hanya mau jadi incaran wilayah yang diserbu m angsa pasar, tapi kita juga harus mengelola barang-barang dalam negeri. Untuk bisa menjadi pengelola yang baik dibutuhkan karakter mental kuat dari masyarakatnya. Sumber daya manusia di Indonesia wajib dikokohkan agar mampu  bersaing dengan negara-negara lain.
Pemikiran kreatif dan unik sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan MEA 2015. Cermat berkreatif disadari masyarakat merupakan keharusan dalam era ini.  Ketika harga BBM dinaikkan, setidaknya pemerintah dan masyarakat masih punya peluang dalam memajukan ekonomi Indonesia. Bahkan tak hanya itu, saat Indonesia benar-benar berpikir cermat datanglah sebuah nilai tambah kemartabatan Indoensia di kancah dunia.

0 komentar:

Posting Komentar